Super Frankie : Segala yang Terbaik yang pernah terjadi untuk Chelsea
|
Frank Lampard, menjadi kapten
saat Chelsea meraih trofi Liga Champions pertama kalinya pada 19 Mei 2012
|
Menurut saya, tidak akan ada
kalimat yang bisa melukiskan secara lengkap tentang cerita kepahlawanan seorang
Frank Lampard selama 13 tahun karirnya di Chelsea. 13 tahun yang tak mungkin
ditulis secara sempurna tanpa menyisakan sesuatu untuk terlupakan, karena sudah
terlalu banyak yang telah dilakukan Super Frank untuk klub ini. Tapi, jika hari
ini saya memutuskan untuk menuliskan sebuah tribut yang tidak mungkin sempurna
untuknya, maka saya memiliki dua alasan kenapa saya harus melakukannya. Satu,
cerita kepahlawanan Frank Lampard dengan seragam Chelsea berakhir pada tahun lalu.
Pada 3 Juni 2014 dinihari waktu Indonesia, Lampard mengucapkan salam perpisahan
dari kamp latihan Timnas Inggris di Miami, USA, kepada seluruh fans Chelsea di
dunia. Sebuah kalimat perpisahan yang membuat saya terus meneteskan air mata
selama dua jam dan bahkan ketika saya mulai menuliskan tribut ini.
Frank Lampard mulai resmi menjadi
pemain Chelsea pada musim panas 2001 setelah The Blues memutuskan menghabiskan
dana sebesar 11 juta Pounds untuk membelinya dari West Ham. Menurut keterangan
banyak sumber, harga Lampard saat itu yang memang tergolong cukup mahal
mengundang banyak sinisme. Chelsea dianggap bodoh mau menghabiskan uang sebesar
itu untuk seorang pemain yang kemampuannya masih dinilai rata-rata. Meskipun
Lampard telah menunjukkan potensinya di tim utama West Ham sejak usia 17 tahun,
fans The Hammers menilai bahwa ia mendapatkan tempat di tim utama karena sang
paman, Harry Redknapp adalah manajer dan ayahnya, Frank Lampard Sr. bekerja
sebagai asisten manajer saat itu. Tapi, ketika West Ham jatuh ke posisi 15 pada
musim 2000-01, keduanya dipecat dan Lampard yang mengaku bahwa dirinya cukup
sakit hati dengan cara West Ham memperlakukan keluarganya memilih untuk turut
hengkang. Saya yakin sekali pemilik Chelsea saat itu, Ken Bates, dan manajer
Claudio Ranieri, tak pernah menyangka bahwa mereka sedang membawa seorang
pemain yang mampu membalikkan semua cibiran dan membayar keberanian mereka
dengan kisah legendarisnya selama 13 tahun merumput di Stamford Bridge.
'This club has become part of my life and I have so many people to thank for
the opportunity. Firstly, Ken Bates, who put his neck on the line to sign me as
a young player and without him I would not have even begun this experience.'
(Surat perpisahan Frank Lampard untuk Chelsea)
Di awal karirnya bersama Chelsea, jangankan para penggila sepak bola Inggris
saat itu, Lampard pun menyatakan bahwa dirinya tak pernah berpikir klub London
Barat tersebut akan mengalami sebuah revolusi gemilang di bawah kepemilikan
Roman Abramovich yang dimulai sejak 2003. Dalam tahapan yang lebih ekstrim
lagi, Lampard pastinya juga tak pernah berpikir bahwa dirinya menjadi sosok
yang paling layak untuk mewakili kejayaan Chelsea hingga saat ini.
|
Frank Lampard, 7 Juni 2001, setelah resmi menandatangani
kontrak bersama Chelsea
|
Di bawah kepelatihan Claudio Ranieri, Lampard sudah menjadi bagian dari tim
inti Chelsea. Tapi, saat Roman datang pada musim panas 2003 dan mulai
mendatangkan banyak pemain bintang di lini tengah The Blues, seperti Claude
Makelele dan Juan Sebastian Veron, Lampard mengaku bahwa pada awalnya ia tak
suka dengan Revolusi Chelsea di bawah Roman. Hal itu diakuinya pada wawancara
dengan Four-Four Two pada Desember tahun lalu.
"When
Roman arrived, I looked round and thought 'the big boys are starting to arrive
now'. There was Claude Makelele and Juan Sebastian Veron - it seemed like every
day they were signing a new midfielder! I can remember sitting on the bench for
our first Champions League game that season next to John and Eidur (Gudjohnsen)
and thinking, “I’m not sure I like this Chelsea revolution!” (Sumber: Four-Four
Two)
Tapi, Lampard menjawab segala tantangan yang mendatanginya. Revolusi Chelsea
tak akan pernah bisa disebut sebuah revolusi jika dirinya memilih untuk
menyerah saat itu. Tak ada pemain yang berseragam Chelsea yang pernah masuk
dalam jajaran dua pemain terbaik Eropa dan Dunia seperti yang pernah diraihnya
pada tahun 2005. Tak ada satupun pemain Chelsea yang bisa merebut hati suporter
untuk menobatkan seorang pemain sebagai Pemain Terbaik klub sebanyak tiga kali
seperti Frank Lampard (2005, 2006, 2009). Bahkan, saat publik dan media sepak
bola Inggris tak pernah cukup bersimpati dengan langkah Chelsea dan Roman
Abramovich yang dianggap 'merusak' sepak bola, Frank Lampard meraih penghargaan
pemain terbaik Inggris versi FA sebanyak dua kali (2004 dan 2005) dan pemain
terbaik pilihan jurnalis Inggris di tahun 2005. Ya, pemain kelahiran Romford
ini adalah segala sesuatu terbaik yang pernah dialami Chelsea dalam 13 tahun
terakhir.
|
Frank Lampard dan Jose Mourinho, salah satu hubungan
termanis antara pemain dan manajer di dunia sepak bola
|
Karir keemasan Frank Lampard di
Chelsea awalnya digerakkan oleh sebuah momen yang dialaminya bersama Jose
Mourinho. Pelatih Portugal itu datang di tahun 2004 dan menciptakan sebuah
momen yang memberikan dampak luar biasa untuk mentalitas Lampard. Dalam sebuah
dialog pendek di kamar mandi tempat latihan Chelsea, Mourinho mendatangi
Lampard dan mengeluarkan kata-kata ajaibnya.
"I
was last in the shower and turning to leave when I was stopped in my tracks by
the manager. There was a moment of silence as I waited for him to move, but he
looked me in the eye and I realized he had something to say.
'You are
the best player in the world,' he said, without blinking. I was slightly
confused as well as completely naked. Talk about feeling vulnerable.
" 'You,' he said more forcefully, 'are the best player in the world.' I
felt a massive surge in confidence. I was walking on air for the rest of that
day." (Autobiografi Frank Lampard, Totally Frank).
Pemain kelahiran 20 Juni 1978 ini
seolah tersihir dengan kata-kata Mourinho tersebut. Dari sekedar seorang pemain
bertalenta, ia menjelma menjadi pemain kelas dunia. Dampaknya terjadi seketika
di musim itu juga. Super Frank menarik perhatian dunia dengan performa
impresifnya di Eropa dan Inggris. Ia sukses membawa Chelsea ke semi final Liga
Champions dan meraih gelar juara Liga Inggris untuk pertama kalinya setelah
penantian selama 50 tahun. Dua golnya ke gawang Bolton Wanderers di bulan April
2005, yang menjadi penentu juara, selalu disebutnya sebagai gol terbaik yang pernah
terjadi dalam karirnya.
|
Frank Lampard, Jose Mourinho dan John Terry saat merayakan
juara Premier League 2004-05
|
Juara Liga Inggris 2004-05
adalah satu dari sekian trofi Chelsea di era Roman yang melibatkan sentuhan
jenius Frank Lampard di atas lapangan. Di tahun berikutnya, Chelsea kembali
meraih gelar itu. Jika hanya harus dijelaskan dalam sebuah deretan angka untuk
menunjukkan peran Lampard di dua musim tersebut, maka gelar top skor tim adalah
jawabannya.
Lampard akan berumur 37 tahun pada tanggal 20 Juni tahun ini. Dia telah bermain
selama 19 tahun di Premier League untuk West Ham dan Chelsea ( 1 musim bermain
untuk Manchester City sebagai pemain pinjaman ). Tiga trofi Premier League,
empat Piala FA, dua Piala Liga Inggis dan masing-masing satu trofi Liga
Champions dan Liga Europa telah menjadi bagian persembahannya untuk The Blues.
Pada 2009-10, saat Chelsea meraih trofi Premier League di bawah asuhan Carlo
Ancelotti, Lampard mencetak 27 gol. Sebuah torehan yang menjadi satu penegas
kehadirannya sebagai gelandang pencetak gol terbaik di Eropa. Ia adalah kapten
tim saat mengantar Roman Emperor naik podium di Allianz Arena untuk mengangkat
trofi Liga Champions pertama kalinya dalam sejarah klub di tahun 2012. Sebuah
malam penuh kemanisan yang akan terus dikenang oleh fans Chelsea di
seluruh belahan dunia dan Lampard melakukan tugasnya dengan sangat baik untuk
menggantikan peran John Terry sebagai pemimpin di atas lapangan.
|
Momen Frank Lampard menjadi top skor Chelsea sepanjang
masa
|
Momen tak terlupakan lainnya
datang pada bulan Mei 2013. Dua gol nya ke gawang Aston Villa membuat ia sukses
melampaui rekor Bobby Tambling sebagai top skor Chelsea sepanjang masa. Melihat
bagaimana seluruh rekannya ikut larut dalam selebrasi gol keduanya, atau saat
Big Pete menyediakan bahunya untuk mengangkat tubuh Super Frank setelah laga
usai, itu adalah sebuah pemandangan dari betapa tingginya rasa hormat dan cinta
yang didapatkan Frank Lampard dari rekan setimnya.
|
Selebrasi gol Frank Lampard ke gawang Liverpool, semifinal
leg II Liga Champions 2007-08. Tribut untuk sang ibu
|
Nama Frank Lampard juga terikat begitu kuat di hati fans Chelsea dan ada begitu
banyak kisah yang berbicara mengenai hal ini. Sebuah kabar duka di bulan April
2008 saat sang ibu, Pat Lampard, meninggal dunia, seolah menjadi kesedihan yang
ikut dirasakan suporter. Bahkan, tiga hari setelah meninggalnya sang ibu, para
pemain Chelsea merayakan gol Michael Ballack ke gawang Man. United dengan
memberikan tribut untuk ibu dari wakil kapten Chelsea tersebut. Mereka
mengangkat jersey bernomor punggung 8 yang bertuliskan RIP Pat Lampard. Empat
hari kemudian, gol penalti Lampard ke gawang kiper Liverpool di semifinal leg
kedua Liga Champions, dirayakannya dengan sangat emosional. Ia belari ke sudut
lapangan, melepaskan ban hitam bertuliskan kata 'Mom' dari lengannya, menciumnya
dan ia bersujud sambil menangis. Penuh haru biru, dan keriuhan fans Liverpool
di Stamford Bridge pun tak mampu membendung emosi Frank. Tapi, tak ada ejekan
yang biasanya ditujukan pada Frank tiap kali ia mencetak gol ke gawang Reina.
Hanya standing applause dan tepuk tangan yang riuh rendah menyambut gol
tersebut. Saya pun yakin banyak fans Chelsea yang ikut menangis bersamanya saat
itu, termasuk saya.
Bicara soal kedewasaan di atas
lapangan Frank Lampard, saat ia mendapatkan dua kartu merah di tahun 2008 dan
2009. Kartu merah yang tidak pernah seharusnya keluar dari kantong wasit dan
akhirnya FA mengabulkan banding Chelsea atas dua kartu merah tersebut. Lampard
terbebas dari hukuman larangan bermain. Tapi, bukan itu yang paling membekas di
ingatan saya. Melainkan caranya menyikapi keputusan wasit yang merugikan
dirinya dan tim. Tak ada konfrontasi berlebihan, ia tenang dan meninggalkan lapangan
tanpa harus menciptakan keributan dari ketidak adilan yang diterimanya. Di luar
urusan mengocek bola, Lampard memiliki kesantunan yang sangat elegan saat
beraksi di atas lapangan. Dia menghormati ofisial pertandingan dengan cara yang
sangat berintegritas. Tak sekedar berkata menghormati wasit, tapi dia juga
memperlakukan para wasit dengan penuh hormat. Lalu, pernahkah anda mengamati,
setiap dia mencetak gol jarak dekat, ia nyaris selalu menoleh ke arah hakim
garis terlebih dahulu, hanya untuk sekedar memastikan bahwa ia tidak off side?
Lampard mungkin tak pernah dianugerahi talenta yang dimiliki Lionel Messi,
Ronaldo, Hazard, Ronaldinho, yang membuat orang dengan begitu mudah akan memuja
mereka. Tapi, sosok pekerja keras yang menempel pada dirinya membuatnya menjadi
sebuah trend setter gaya permainan yang akan sulit diikuti siapapun.Agak aneh
sebenarnya mendengar Lampard selalu menjadi pemain yang terakhir kali
meninggalkan tempat latihan, baik itu di West Ham atau Chelsea. Atau bagaimana
ia mengolah fisik dengan melakukan jogging malam hari bersama sang ayah saat ia
masih muda. Dalam latihan, ia mengeksplorasi fisiknya, tapi sekali berada di
atas lapangan, ia mengeksplorasi otaknya. Ia masuk ke kotak penalti lawan
dengan cara yang nyaris sama, membuat para pemain lawan tidak menyadari
kehadirannya dan tiba-tiba dia sudah berdiri berdekatan dengan kiper dan
menceploskan bola ke dalam gawang. Terlihat mudah, tapi hanya pesepak bola
jenius yang bisa melakukan perhitungan yang tepat seperti itu berkali-kali.
|
Frank Lampard mengangkat trofi Liga Europa 2012-13 sebagai
kapten dalam final di Amsterdam
|
Lampard adalah sosok yang tidak
hadir dengan sejumlah atribut permainan indah untuk dipamerkan, ia memang tidak
memilikinya. Tapi, ia memiliki keefektivitasan permainan luar biasa yang cukup
mengejek paradigma sepak bola Inggris yang menonjolkan permainan fisik. Ia
tidak akan pernah memiliki heroisme Gerrard yang terus berlari-lari sepanjang
laga dan menjadi figur paling spektakuler di atas lapangan. Sebagian besar
penggemar sepak bola tak akan pernah menyebut Lampard sebagai pemain paling
spektakuler di generasinya, meskipun deretan rekor gol, jumlah penampilan
beruntun, assist, masuk dalam daftar prestasinya. Alasannya sederhana, ia
membuat semua orang berpikir bahwa apa yang ia lakukan tampak begitu mudah.
Sebuah penilaian dari Claudio Ranieri yang amat saya setujui. Dan yang membuat
saya melihat Lampard semakin luar biasa adalah, ia tidak pernah keberatan
dengan gaya permainannya yang mengundang sikap remeh dari banyak pihak
tersebut. Sepertinya akan sulit untuk menemukan kembali pemain yang memiliki keefektivitasan
seperti dirinya. Dia begitu kukuh dengan identitas permainannya.
Nama Frank Lampard adalah segala
sesuatu yang terbaik yang pernah terjadi dalam Revolusi Biru di era Roman
Abramovich. Dia dan Chelsea adalah satu koin logam tapi berlawanan sisi.
Mourinho pernah berkata bahwa Chelsea tidak mendapatkan respect yang seharusnya
didapatkan oleh sebuah tim yang cukup konsisten membawa bendera Inggris di
kancah Eropa. Ada dua hal yang menyebabkan hal tersebut, Chelsea tak memiliki
sejarah kejayaan yang panjang di masa lampau layaknya Man. United ataupun
Liverpool. Kedua, orang-orang terlalu berkonsentrasi membahas uang yang
berputar di Stamford Bridge. Tapi, kehadiran Lampard seperti menjadi
penetralisir kesinisan tersebut. Ia tangguh sebagai seorang pemain, pribadi
yang manis dan sederhana, intelektualitasnya mampu menjangkau rasa hormat dari
publik dan media sepak bola. Chelsea akan sangat sulit untuk kembali menemukan
pemain dengan profil yang nyaris sempurna seperti itu untuk menjadi simbol dari
sebuah klub yang tidak mendapatkan terlalu banyak simpati.
Dan saat mengetahui bahwa Frank Lampard tak lagi menjadi pemain Chelsea FC,
saya menyadari satu hal. Saya sangat mencintai Super Frank, Saat ia kembali ke
klub ini dan kembali menjadi bagian dari dewan klub, manajemen atau staff pelatih.
Entahlah akan butuh waktu berapa lama lagi baginya untuk kembali, saya berharap
secepatnya. Tidak akan pernah sama Chelsea tanpanya, dan jujur saja begitu juga
rasa cinta saya pada klub ini. Saya pasti akan berhenti bersedih, berhenti
menangisi kepergiannya, tapi tetap akan ada sebuah lubang besar yang tak akan
pernah bisa diisi oleh siapapun, karena Lampard tak akan pernah bisa
tergantikan.
Dan, sebuah pernyataan Jose
Mourinho, yang dikenal sangat dekat dengan Lampard, membuat saya semakin tidak
sabar menunggu waktu kembalinya sang legenda ke Stamford Bridge. Mourinho
menegaskan bahwa seluruh elemen Chelsea, termasuk Roman Abramovich sang pemilik
klub, menginginkan dia kembali, dan semuanya akan diserahkan kepada Lampard
sendiri untuk memilih posisinya di klub ini. Bahwa, kepergian Lampard sebagai
seorang pemain hanyalah sebuah fase break karirnya bersama Chelsea. Mourinho
tidak menolak kemungkinan bahwa Lampard bisa menjadi asistennya atau bahkan
suksesornya suatu saat nanti.
Saya akan mengambil kutipan Jose Mourinho tersebut, agar saat saya membuka blog
ini, saya selalu ingat bahwa Frank Lampard akan kembali dan apa yang diharapkan
seluruh bagian klub ini untuknya. Saya berharap itu tak butuh waktu lebih dari
dua tahun. Semoga, saat momen itu tiba, antusiasme saya tak pernah berubah
untuk menyambutnya kembali, dan saya bisa kembali merasakan lebih berbahagia
lagi sebagai fans Chelsea. Karena, salah satu arti penting kebahagiaan saya
dalam 11 tahun menjadi fans klub ini adalah kehadiran seorang Frank James
Lampard Jr dan segala kisah yang mengiringinya.
“It’s not
the end of Frank’s career at Chelsea - it’s just a little break. It’s the end
of his career as a Chelsea player, but he will be back for many, many years
because he’s one of the most important players in the club’s history.
“You
can’t imagine how difficult it was for him to leave.
"I think only he knows because we spoke - not by phone, in person - but at
the same time I can feel some happiness about the process because for sure he
comes back to Chelsea one day. For sure.
“Everybody
wants it, Mr Abramovich - the No.1, the most important person - wants very much
Frank to be back, I want him to be back, the staff want him back, so he comes
back for sure.
“And the
other thing is that he can come back the way he wants.
"Mr Abramovich has left the door completely open for him on the
understanding Frank can do anything he wants at this club: he can try things,
feel where he is better suited, we can feel as a club where he can give us
more, but he can come back when he wants and, to repeat Mr Abramovich’s words,
the way he wants.
“He can
be a coach, he can start at the academy, he can start being my assistant at the
same time because he is doing his coaching badges, or he can start in a
different role.
“He can
decide in this moment whether he wants to start immediately in a coaching role,
or if he wants to be an ambassador, representing the club in important places
of our life - he can do what he wants.
“For now,
he feels that he still wants to play football for another two or three years,
and he is happy to do that because it’s the thing he loves most apart from his
family.
“In the
middle of the sadness I can feel some happiness because he’s a fantastic
person, and I also feel happy because the club recognise that.”
“Sometimes people get older and they find maturity, but Frank has been mature
since I met him years ago.
“In terms
of the players I have coached, he is my concept of the special midfield player.
"There
are specialists like the anchor man, or the No.10 who people call ‘creative’
because he creates but he doesn’t defend.
“For me,
Lampard is a No.6 and a No.10 - so he becomes a No.8, and he is not just the
best No.8 I’ve managed, but I have not seen a better one in the last decade.
“At the
end of the day, in football the only objective is the numbers, and when you go
to this man, look at the number of matches he has played, the number of goals
he scored, the number of assists, the number of ball recoveries, the areas on
the pitch he covered... he was the best for 10 years, not just for me.
"I
don’t see another one.” (Jose Mourinho as quoted by Mirror Football)
No goodbye, just I'll see you soon, Frank Lampard! #KTBFFH