Entri Populer

Rabu, 06 Mei 2015

Menuju Puncak 2665mdpl

Kerinduanku terhadap “mdpl” tak menyurutkan niatku untuk pendakian kali ini, meski kondisiku tidak dalam keadaan 100% fit tapi tetap saja kemauanku mengalahkan rasa sakit ini.
Packing sebelum pemberangkatan.

2665 mdpl trip kali ini aku bergabung bersama seorang sahabatku Yong, dan teman – temannya ( Bang Dayat, Riky, Aminah, Alan, dan Rian ). Sebelumnya kita sudah janjian untuk berkumpul di terminal Kp. Rambutan pukul 20.00 wib, kita memutuskan untuk mencarter mobil untuk mengantarkan kita sampai pos pendaftaran sebelum pendakian. Carteran kami tidak Cuma berisikan kami saja, tapi digabung sama 3 pendaki yang akan ngetrip juga di cikuray, kebetulan antara cikuray dan papandayan masih satu arah (sama – sama daerah garut). Kami berangkat dari kp. Rambutan sekitar pukul 22.00 wib sampai di lokasi pendaftaran pukul 05.30 wib, pagi itu kami disambut dengan rintikan gerimis dan kabut yang menyelimuti kaki gunung papandayan.
Menunggu mobil jemputan di Terminal Kp. Rambutan.

Sampai di basecamp kami packing perlengkapan & peralatan yang akan dibawa, dilanjut dengan sarapan. Pukul 08.00 wib kami mulai melangkahkan kaki untuk menikmati lukisan Sang Pencipta yang begitu indah.
Saat beristirahat sebelum mulai pendakian

Sebelum pemberangkatan menuju 2665mdpl


Perjalanan menuju camp (pondok salada)

Singkat cerita kami sampai di area camp sekitar pukul 11.30 wib ( kebetulan saat itu kami memutuskan untuk ngecamp di pondok salada ). Sampai di tempat camp kami langsung menyiapkan untuk mendirikan tenda, setelah tenda sudah berdiri kami langsung bagi tugas, aku sama yong menyiapkan makan siang sementara yang lainnya membereskan tenda, carrier, dll. Selesai makan siang kami sedikit merebahkan tubuh kami yang mulai lelah, aku, riky, dan rian tertidur dengan pulasnya, aminah asik dengerin music dari gadgetnya sementara yang lain entahlah sibuk dengan dunianya sendiri hahahaha.
Sibuk menyiapkan makan siang

Selesai mendirikan tenda

Sore harinya aku, yong, riky, bang dayat, dan alan memutuskan untuk sekedar menikmati indahnya lukisan Sang Pencipta di Hutan Mati, sementara aminah dan rian istirahat di tenda. Pemandangan yang benar – benar awesome , sedikit tidak percaya kalau aku sampai disini (hutan mati) tempat yang aku impikan untuk Prewedd ku kelak (semoga saja). Setelah asik menjelajahi tiap sudut hutan mati dan mengambil beberapa gambar kami kembali ke tenda.



suasana di Hutan Mati

Malam harinya kami sibuk menyiapkan untuk makan malam, menu ala anak gunung (anung) : mie instan, nasi, sarden, dan beberapa cemilan lainnya dimakan begitu lahapnya dengan cara bergantian. Selesai makan dilanjutkan dengan sesi sharing satu sama lain. Pukul 22.00 wib kita langsung bersiap – siap untuk beristirahat karena besok pagi akan menjadi hari yang sangat panjang dan terlalu sayang untuk dilewati begitu saja, setting alarm pukul 03.00 wib untuk menyiapkan makan pagi kita dan bekal apa saja yang akan dibawa menuju puncak. Selepas sholat subuh kami memulai perjalanan menuju puncak, ada banyak rombongan yang lain juga sedang bersiap – siap untuk melakukan perjalanan ke puncak.


Menyiapkan menu makan malam

Sampai di tegal alun (ladangnya edelweiss) sekitar pukul 07.00 wib hal pertama yang aku lakukan mengucapkan syukur yang tiada hentinya dalam hati, sungguh besar kuasa-Nya menciptakan dan menumbuhkan bunga edelweiss yang luasnya sekitar 80 hektar. Langsung jepret (foto) aja deeh hahaha. Setelah puas kami berfoto – foto kita kembali ke tenda bersiap – siap untuk kembali pulang (Jakarta).









Kembali membagi tugas, aku dan yong sibuk menghabiskan logistic untuk menu makan siang kami sementara yang lain bergantian packing perlengkapan pribadi masing – masing dan membongkar tenda.
Menyiapkan Menu Makan Siang




Makan siang sebelum pulang

Melakukan do'a bersama sebelum pulang

Menyerukan slogan "Si Anung"

Pukul 11.30 kami memulai perjalanan pulang, jalur pulang kami berbeda dengan jalur ketika kami naik. Kali ini kami pulang melalui jalur mati yang pastinya lebih ekstrim (sebelah kanan jurang) dibandingkan jalur yang ketika kami lalui saat berangkat. Ada kejadian yang sempat membuat aku shock dimana aku terpeleset oleh kerikil – kerikil di jalur yang kami lalui, hampir saja aku jatuh ke jurang, aku sedikit menjerit (suatu kejadian yang jarang sekali aku lakukan kecuali dalam keadaan panik), sontak riky langsung berteriak karena panik juga, syukur Alhamdulillah Allah masih melindungiku. Aku tertegun jantungku berdetak kencang, dengkul ku gemeteran, langkahku terasa berat, aku langsung duduk sambil menenangkan diri dengan minum air mineral. Sekitar 5 menit aku menenangkan diri dan kembali melanjutkan perjalanan, kali ini lebih hati – hati saat berjalan melalui kerikil – kerikil itu.


Perjalanan pulang melewati jalur Hutan Mati

1 jam 45 menit perjalanan dari pondok salada sampai di bawah itu sudah ditambah dengan istirahat di air belerang. Sampai dibawah kami langsung mencari mobil pick up seperti pesan dari supir dari mobil carter-an kami. Perjalanan menuju ke masjid (tempat dimana kami dijemput untuk kembali ke Jakarta) ditemani sama rombongan yang lain dan hujan yang begitu derasnya, tanpa jas ujan/ponco/flysheet/terpal kami benar – benar dibuat basah kuyup tapi kami begitu sangat menikmatinya karena sejak pendakian kami memang belum mandi hehehe tapi sayang moment seperti ini kami tidak mengambil gambar karena kami mengamankan gadget masing – masing.
Sampai di masjid kami langsung membersihkan badan kami, yup hal pertama yang dilakukan adalah mengantri di kamar mandi. Ada kejadian yang tidak biasa saat aku sedang mengantri, aku melihat sosok lelaki yang pernah aku temui saat aku melakukan pendakian di pangrango. Agak sedikit kurang jelas memang karena di ruangan itu sendiri sangat minim penerangan, lalu sosok lelaki itu lewat tepat didepanku dengan reflek langsung saja kusapa sosok itu.
“ka, luh yang lagi itu dipangrango bukan?” tanyaku
“eeh luh cewek itu kan?”lanjut dia
“hehee iya ka” jawabku
“ok, gw tunggu di depan yah” ajak dia
Selesai aku membersihkan diri, langsung ku temui sosok lelaki tadi tepat di teras masjid. Dia sedang duduk bersama dengan rombongan yang lain.
“eeh ka ko bisa sih kita ketemu lagi kaya gini yah?”
“lah, tadi gw liat luh di tegal alun, tapi mau gw samperin takut itu bukan luh” jawabnya
“yaelee ka, luh kalo gak yakin kan bisa liat syall gw ka”
“iyee, gw tadi liat luh lagi bawa syall Chelsea luh itu tapi takut salah orang hahha”
Panjang lebar kita ngobrol, kali ini aku gak mau melewatkannya lagi buat minta kontak mereka. Tapi tetap aja dengan kebodohan yang sama aku lupa menanyakan namanya *tepok jidat*
Dua kakak yang dulu pernah bertemu di pangrango mt. gak sengaja bertemu lagi di antrian kamar mandi :p

Kami berpisah setelah rombongan mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju terminal, sementara aku dan yang lain masih menunggu jemputan kami datang. Pukul 17.00 wib mobil kami baru datang, kami melanjutkan perjalanan dengan menjemput 3 pendaki yang melakukan pendakian ke cikuray.
Perjalanan menuju Jakarta benar – benar macet, kami baru sampai di terminal kp. Rambutan pukul 00.30 wib. Kami berpisah di terminal, rian menaiki bus menuju rumahnya, yong, bang dayat & aminah naik taxi menuju kos-an, riky naik taxi menuju rumahnya, sementara aku juga naik taxi menuju ke rumah.
”Terimakasih Tuhan karena Engkau membiarkan aku menikmati keindahan alam-Mu di negeriku ini
Terimakasih dua malaikat yang sangat berarti yang selalu memberikan ijin dan selalu ada do’a yang terucap dalam setiap langkahku
Terimakasih untuk setiap proses yang kita lewati bersama, bergandengan tangan, saling menopang, saling menjaga, saling mengingatkan satu sama lain
Hilangkan semua perbedaan karena kita disini sama. Sama – sama ingin menikmati setiap proses untuk melihat keindahan negeri ini atas kuasa Sang Semesta.
Semoga ini awal dari perjalanan cerita – cerita kita selanjutnya”

Didedikasikan untuk semua sahabat – sahabat pecinta alam


Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.