Pikiranku
kacau
Hatiku
remuk, ini lebih dari sakit hati terdahsyat yang pernah aku rasakan. Nafasku kembali
tak beraturan, rasanya duniaku seketika menjadi gelap.
Pagi
ini aku mendapatkan pesan yang sama sekali tak pernah aku harapkan
“ibu
lagi dirawat di puskesmas sekarang lagi mau di rujuk ke Rumah Sakit” begitu
pesan pahit yang mba kirim melalui nomor ibu. Ada yang berhenti sekejap rasanya
saat itu aliran darahku tak mengalir, jantungku berhenti memompa darah, pikiranku
kacau. Satu jam – dua jam pertama aku masih bisa mengatur emosiku, aku masih
berusaha mengatur konsentrasi masalah pekerjaanku dan tentunya aku juga masih
menunggu kabar demi kabar yang dikirim mba.
Satu
setengah jam kemudian aku kembali mengirimkan pesan singkat kepada mba
menanyakan apa ibu sudah mendapatkan rujukan di rumah sakit. “iya” balesnya
dengan memberitahukan rumah sakit tempat ibu dirawat. Aku masih terus bertanya
penyakit apa yang beberapa bulan trakhir ini menggerogoti ibuku, yang
menyebabkan ibu harus dirawat ? penyakit apa yang sering membuat ibu sesak
nafas ? penyakit apa yang membuat ibu semakin kurus ?. “PEMBENGKAKAN PADA
JANTUNG & ANEMIA” kurang lebih seperti itu pesan yang mba kirim. Aaah rasanya aku jadi
anak tak berguna sekali, disaat seperti ini aku tidak ada untuk merawat ibu. Belum
lagi beberapa hari terakhir ini aku jarang sekali menanyakan kabar ke ibu,
beberapa hari terakhir ini aku terlalu sibuk memikirkan diriku sendiri sampai
aku harus ‘kecolongan’ untuk masalah ini.
Aku
semakin tak kuasa menahan sedihku, hingga aku harus menahan tangisku sedari
pagi ini. Sesekali mataku berair, tapi tidak sampai aku jatuhkan ke pipiku. Aku
harus tetap terlihat baik – baik saja di hadapan semua orang.
Allahu
akbar. . entahlah aku tak bisa lagi menggambarkan semuanya. Rasanya aku ingin
sedikit marah kenapa harus ibu ? kenapa bukan aku saja yang harusnya merasakan
kesakitan itu ? untuk membayangkannya saja aku tak sanggup bagaimana selang –
selang itu bisa berada pada tubuh ibuku ?. Mba masih berusaha menenangkanku
melalui pesan singkatnya “sekarang sama – sama sabar & berdo’a untuk
kesembuhan ibu”.
Wanitaku,
lekas sehat yah ? sayang ibu selalu :’*
Sampai
tulisan ini aku tulis, aku masih berhasil menahan air mata ini untuk tidak
membasahi pipiku.
Teruntuk wanitaku yang sedang
terbaring di ruangan serba putih
Peluk kium,
Putri bungsumu :’*
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.