Dalam diamku, aku mengingatmu
Dalam diamku, aku merindukanmu
Dalam diamku, aku mendo’akanmu
Dalam diamku, aku ingin memelukmu
Sejak kepergianku tanggal dua puluh lima
juli lalu, aku sama sekali tak menghubungimu
Bukan, bukan karena aku marah
Bukan juga karena aku masih memendam semua
perasaanku
Aku hanya sedikit bersedih atas sikapmu
yang entah kenapa melarangku dengan hobby ku yang sekarang ?
Apa penjelasanku selama ini masih belum
jelas ?
Aah seandainya saat itu kau tak melarangku,
mungkin aku tak perlu lagi untuk menjaga gengsi
ku disaat aku merindukanmu seperti ini
Seandainya saat itu kau menerima semua
alasanku, aku tak lagi berpura – pura untuk tak mempedulikanmu
Iya, ku akui sifat kekanak – kanakan ku sesekali bisa datang kapan saja
Sesekali juga aku ingin menjadi apapun yang
bisa melakukan semuanya tanpa ada larangan
Setidaknya aku masih punya cukup alasan
untuk selalu mendo’akanmu
Setidaknya aku tak bisa menampik
kerinduanku saat air mataku mengalir deras diatas sajadahku
Karena aku menyayangimu lebih dari apapun
Ibu. . .
Putri
bungsumu yang diam – diam merindukanmu
Kamis, 06 Agustus 2015 Pukul 16.14 wib
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.